Ruang Mistis – Ketindihan saat tidur atau yang dikenal dengan istilah sleep paralysis adalah fenomena yang kerap dialami oleh banyak orang. Kondisi ini sering digambarkan sebagai ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat bangun tidur, yang terkadang disertai dengan halusinasi mengerikan. Banyak yang menghubungkannya dengan aspek mistis, namun sebenarnya ada penjelasan medis di balik fenomena ini.
Secara medis, sleep paralysis atau biasa banyak disebut ketindihan terjadi ketika seseorang berada dalam transisi antara tidur dan bangun, tepatnya di fase tidur REM (rapid eye movement). Pada fase ini, tubuh seharusnya dalam keadaan lumpuh sementara untuk mencegah kita melakukan gerakan sesuai mimpi. Ketindihan terjadi ketika otak terbangun lebih dulu, tetapi tubuh masih berada dalam kondisi lumpuh REM. Sleep paralysis biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga menit. Meski tidak berbahaya, pengalaman ini sering menimbulkan rasa takut yang intens karena penderitanya merasa terjebak tanpa bisa bergerak atau berbicara.
“Baca Juga : Insiden Pesawat Azerbaijan Jatuh, Benarkah Rusia Terlibat?”
Beberapa faktor diketahui dapat memicu sleep paralysis. Pola tidur yang tidak teratur, seperti tidur terlalu larut malam atau sering bergadang, dapat meningkatkan risiko terjadinya fenomena ini. Selain itu, stres dan kecemasan juga dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang, sehingga memperbesar peluang mengalami sleep paralysis. Kondisi lain yang dapat menjadi pemicu adalah gangguan tidur seperti narcolepsy, kurang tidur, dan tidur dengan posisi terlentang. Dalam kasus tertentu, penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi pola tidur juga bisa menjadi faktor penyebab.
Salah satu elemen yang membuat sleep paralysis tampak menyeramkan adalah adanya halusinasi. Penderitanya sering melaporkan melihat bayangan gelap, mendengar suara aneh, atau merasakan tekanan berat di dada. Hal ini membuat banyak orang mengaitkan sleep paralysis dengan pengalaman paranormal atau mistis. Namun, halusinasi ini sebenarnya adalah akibat dari otak yang masih berada dalam fase REM. Pada fase ini, aktivitas otak yang terkait dengan mimpi masih berlangsung, sehingga menciptakan sensasi yang tampak nyata meski tidak ada stimulus eksternal.
Mengatasi sleep paralysis dapat dimulai dengan menerapkan pola tidur yang sehat dan teratur. Pastikan untuk tidur cukup setiap malam, yaitu sekitar 7-9 jam untuk orang dewasa. Hindari konsumsi kafein atau alkohol menjelang tidur, karena kedua zat ini dapat mengganggu siklus tidur. Stres juga perlu dikelola dengan baik melalui teknik relaksasi, seperti meditasi atau yoga. Selain itu, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, seperti mematikan lampu dan mengurangi kebisingan, dapat membantu mencegah terjadinya sleep paralysis. Jika sleep paralysis terjadi secara berulang dan mengganggu kualitas hidup, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dalam beberapa kasus, terapi perilaku kognitif atau penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu mengatasi gangguan ini.