Ruang Mistis – Masyarakat Gorontalo memiliki warisan budaya yang sangat unik dan masih lestari hingga kini. Salah satunya adalah penggunaan bawang merah sebagai tameng gaib. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dari leluhur mereka. Bawang merah bukan sekadar bumbu dapur di sini. Dalam kepercayaan lokal, ia dipercaya punya kekuatan penangkal energi negatif. Terutama terhadap gangguan makhluk halus dan sihir jahat. Warga menyebutnya dengan istilah “penolak bala”. Biasanya, bawang merah diletakkan di titik-titik strategis rumah. Seperti di atas pintu, jendela, atau di bawah ranjang. Tujuannya agar rumah terlindung dari mara bahaya gaib. Ritual ini masih rutin dilakukan terutama menjelang acara penting.
Kepercayaan terhadap bawang merah berasal dari legenda masyarakat adat setempat. Dahulu, seorang dukun kampung mengusir roh jahat hanya dengan rempah ini. Sejak saat itu, bawang merah dianggap memiliki energi penyerap kegelapan. Cerita ini diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Sejumlah keluarga bahkan memiliki kisah pribadi yang memperkuat keyakinan ini. Seperti cerita anak mereka yang sembuh setelah ritual bawang dilakukan. Di desa-desa terpencil, kepercayaan ini masih sangat kuat. Bahkan orang muda pun mempelajari cara-cara penempatan bawang dari orang tuanya.
“Baca Juga : Kawah Putih: Gerbang Gaib Leluhur Tanah Sunda?”
Bawang merah digunakan dalam berbagai bentuk tergantung tujuannya. Untuk perlindungan rumah, biasanya diletakkan utuh dan tidak dikupas. Jika digunakan untuk melindungi bayi, bawang merah diikat dalam kain putih kecil. Kain ini lalu digantung di dekat ayunan atau tempat tidur bayi. Sementara untuk orang yang merasa diikuti roh jahat, bawang merah digosokkan ke tubuh. Biasanya dilakukan oleh dukun atau tetua kampung yang paham ilmu tradisi. Kadang juga dibarengi dengan bacaan mantra atau doa-doa khusus. Bawang yang sudah digunakan tidak boleh dibuang sembarangan. Ia harus dikubur agar tidak menimbulkan gangguan balik.
Beberapa kampung di Gorontalo mengadakan ritual bersama memakai bawang merah. Tradisi ini biasa berlangsung sebelum musim tanam atau perayaan adat. Warga berkumpul di lapangan desa sambil membawa rempah dan sesajen. Pemuka adat akan memimpin doa bersama dan tabur rempah di sekitar area. Tujuan ritual ini adalah membersihkan desa dari energi negatif. Juga mengundang keberkahan bagi hasil panen dan kehidupan sosial. Ritual ini juga menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga. Anak-anak dilibatkan agar tradisi ini tidak punah ditelan zaman.
“Simak juga: HP Ini Tak Akan Dapat Menggunakan WhatsApp Lagi Mulai Hari Ini”
Dalam tradisi ini, dukun memiliki posisi yang sangat penting. Mereka dianggap memiliki kemampuan membaca energi halus dan memberi solusi spiritual. Sebelum ritual dilakukan, dukun akan melakukan pembacaan tanda-tanda. Ia akan menentukan apakah bawang merah cukup untuk mengusir gangguan. Atau apakah perlu ditambah dengan media lain seperti air bunga atau asap dupa. Pemuka adat biasanya ikut mengawasi agar proses tetap sesuai aturan. Mereka juga memastikan bahwa tradisi tidak disalahgunakan untuk kepentingan lain. Seperti komersialisasi atau manipulasi kepercayaan masyarakat.
Bagi masyarakat Gorontalo, tradisi ini bukan sekadar perlindungan dari hal gaib. Ini adalah bentuk hubungan antara manusia dan alam semesta. Bawang merah dianggap sebagai perwakilan unsur tanah dan kehidupan. Keharumannya dipercaya mampu menarik energi baik dari semesta. Dengan melibatkan rempah dalam ritual, manusia menunjukkan rasa hormat pada alam. Spiritualitas mereka tidak terpisahkan dari elemen-elemen alami sekitar. Hal ini membentuk cara pandang hidup yang menghargai harmoni dan keseimbangan.
Tak semua orang menerima tradisi ini tanpa kritik. Beberapa anak muda mulai mempertanyakan efektivitasnya. Mereka lebih percaya pada penjelasan ilmiah ketimbang kepercayaan turun-temurun. Namun demikian, tidak sedikit yang tetap menjalankan ritual karena alasan budaya. Mereka melihatnya sebagai bagian dari identitas dan jati diri. Bahkan beberapa komunitas pemuda mulai mengarsipkan cerita-cerita tradisional ini. Lewat video dokumenter dan media sosial, tradisi ini mulai dikenalkan ke luar Gorontalo. Upaya ini menjadi cara menjaga warisan budaya tanpa harus menolaknya secara mutlak.
Menariknya, beberapa peneliti lokal mulai tertarik meneliti efek bawang merah. Terutama kandungan senyawa allicin yang memiliki sifat antimikroba. Walau tidak membuktikan kemampuan gaib, temuan ini membuka diskusi baru. Bahwa mungkin ada penjelasan logis di balik praktik tradisional. Kombinasi antara sains dan tradisi bisa membuka pemahaman yang lebih luas. Masyarakat tidak harus memilih antara kepercayaan atau logika. Keduanya bisa berjalan seiring asal tetap terbuka dan saling menghormati.
Pemerintah daerah Gorontalo mulai mendukung pelestarian budaya lokal. Termasuk tradisi seperti tameng gaib bawang merah ini. Dalam beberapa festival budaya, praktik ini mulai dipertontonkan secara terbuka. Tujuannya agar generasi muda melihat nilai penting dalam warisan nenek moyang. Sekolah-sekolah juga diajak memasukkan materi budaya lokal dalam kurikulum. Dengan begitu, tradisi tidak sekadar bertahan tapi juga berkembang. Warga berharap bahwa identitas Gorontalo tetap terjaga dalam dunia yang makin modern.