Ruang Mistis – Isu babi ngepet selalu mengundang rasa penasaran. Cerita tentang makhluk jadi-jadian ini telah lama menghantui masyarakat. Namun, misteri di baliknya perlahan mulai terkuak. Sejumlah saksi mata dan peneliti budaya mulai mengungkap adanya ritual tersembunyi. Ritual tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan hanya diikuti segelintir orang. Mereka percaya bahwa dengan menjalankan tata cara tertentu, seseorang bisa mengubah diri menjadi babi. Tujuan dari ritual itu biasanya untuk memperoleh kekayaan dengan cara gaib. Sejak dulu, kisah ini lebih sering beredar dari mulut ke mulut. Kini, beberapa bukti fisik dan dokumentasi memperkuat dugaan adanya praktik nyata. Bahkan, sejumlah warga mengaku pernah menyaksikan langsung proses perubahannya. Hal ini membuat banyak orang kembali mempertanyakan batas antara mitos dan kenyataan.
Cerita babi ngepet berakar dari kepercayaan masyarakat Jawa dan Betawi. Menurut tradisi, babi ngepet adalah hasil pesugihan yang menuntut tumbal dan kesepakatan gaib. Pelakunya biasanya mencari jalan pintas untuk menjadi kaya. Dalam praktiknya, mereka memakai jubah hitam dan minyak khusus yang disebut minyak misik. Ritual dilakukan pada malam tertentu dengan pengucapan mantra-mantra rahasia. Selama proses berlangsung, pelaku akan berdiam dalam ruangan gelap. Setelah beberapa menit, tubuh mereka akan berubah menjadi seekor babi. Sosok babi ini lalu berkeliaran di kampung untuk mencuri uang atau barang berharga. Sementara itu, seorang penjaga tetap berjaga di dekat lilin yang menyala. Jika api lilin bergoyang, artinya pelaku dalam bahaya. Maka, penjaga harus segera menghentikan ritual.
“Baca Juga : Teh Celup dan Mikroplastik: Apa Dampaknya bagi Kesehatan?”
Di beberapa wilayah pinggiran Jakarta dan Depok, warga mengaku menemukan jejak kaki babi aneh. Ukurannya tak lazim dan mengarah ke rumah tertentu. Tak jarang mereka kemudian melakukan penggerebekan spontan. Beberapa penggerebekan bahkan berakhir ricuh karena dituduh tanpa bukti kuat. Namun, ada juga kejadian di mana warga menemukan sosok babi yang tiba-tiba hilang. Mereka meyakini itu adalah manusia yang berubah dan berhasil kabur. Seiring waktu, beberapa tokoh masyarakat mulai menyarankan pendekatan ilmiah. Termasuk penggunaan kamera pengintai dan pelacakan jejak menggunakan anjing pelacak. Tujuannya untuk memastikan kebenaran dan menghindari fitnah. Karena dalam banyak kasus, korban salah tuduh justru mengalami trauma mendalam. Oleh sebab itu, pencarian kebenaran harus dilakukan dengan hati-hati dan rasional.
Salah satu pengakuan yang paling mengejutkan datang dari pria bernama Surya (nama samaran). Ia mengaku pernah menjalani ritual babi ngepet selama dua tahun. Dalam pengakuannya, ia menjelaskan secara detail prosesnya. Mulai dari pencarian guru spiritual hingga tahapan persiapan sebelum transformasi. Menurutnya, proses ini sangat berat dan menuntut keberanian tinggi. Pelaku harus menjalani puasa panjang, menghindari cahaya, dan mengisolasi diri dari keluarga. Ia juga mengaku kehilangan beberapa kerabat akibat tumbal yang diminta. Hingga akhirnya ia memutuskan berhenti setelah mengalami mimpi buruk berulang kali. Pengakuan ini membuat banyak orang percaya bahwa babi ngepet bukan sekadar mitos. Melainkan praktik sesat yang benar-benar pernah dijalankan sebagian orang. Cerita Surya menjadi bukti penting dalam menggali sisi gelap fenomena ini.
“Simak juga: Mengupas Misteri Lubang Hitam Pengembara Bersama Para Ahli”
Antropolog dan budayawan memandang cerita babi ngepet sebagai simbol ketakutan masyarakat terhadap ketimpangan sosial. Dalam banyak kasus, tuduhan terhadap seseorang bermula dari kecemburuan sosial. Terutama bila seseorang mendadak kaya tanpa latar belakang jelas. Narasi tentang babi ngepet lalu digunakan sebagai cara untuk menjelaskan kekayaan itu. Selain itu, kisah ini juga digunakan untuk menjaga norma dan mencegah perilaku tamak. Budayawan menyarankan agar masyarakat lebih terbuka dalam memahami simbol-simbol lama. Mereka juga mendorong literasi budaya agar cerita rakyat tidak disalahgunakan. Menurut mereka, membongkar ritual di balik babi ngepet bukan untuk membenarkannya. Tapi agar masyarakat tidak terjebak dalam ketakutan atau tindakan anarkis. Pendekatan ini dianggap lebih bijak untuk mengurai mitos yang sudah mendarah daging.