Ruang Mistis – Nabi Khidir merupakan sosok misterius dalam berbagai tradisi keagamaan. Namanya dikenal dalam Islam, Yahudi, bahkan sebagian Kristen. Dalam Islam, kisah Nabi Khidir paling terkenal saat bertemu Nabi Musa. Peristiwa itu tercatat dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi. Ia digambarkan sebagai hamba Allah yang diberi ilmu langsung dari-Nya. Tapi siapa sebenarnya Nabi Khidir? Apakah ia benar-benar hidup abadi seperti kepercayaan banyak orang? Ataukah sosoknya hanya simbol dari ilmu yang tak terlihat? Pertanyaan ini terus menjadi bahan perdebatan dari masa ke masa. Bahkan hingga kini, banyak yang mengaku pernah bertemu sosok yang diyakini sebagai Nabi Khidir.
Nama “Khidir” berasal dari kata Arab “Khudrah” yang berarti hijau. Dalam beberapa riwayat, tanah yang diinjaknya akan menjadi hijau dan subur. Banyak ulama mengaitkan warna hijau dengan kehidupan, kesuburan, dan kebijaksanaan. Dalam Al-Qur’an, Nabi Khidir tidak disebutkan namanya secara eksplisit. Tapi keberadaannya dijelaskan dalam ayat yang memuat dialognya dengan Nabi Musa. Ia disebut sebagai hamba Allah yang memiliki ilmu langsung dari sisi Tuhan. Posisi ini menandakan kedekatan spiritual yang luar biasa. Para ulama menafsirkannya sebagai sosok wali, nabi, atau bahkan malaikat. Tak sedikit pula yang menyebutnya bukan manusia biasa, tapi makhluk khusus pilihan Tuhan.
Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa diceritakan secara rinci dalam surat Al-Kahfi ayat 60–82. Dalam kisah ini, Nabi Musa merasa ingin belajar dari sosok yang lebih berilmu darinya. Ia lalu diperintahkan oleh Allah untuk menemui seorang hamba saleh, yaitu Khidir. Nabi Khidir setuju mengajarkan ilmu dengan syarat Musa tidak boleh bertanya sebelum dijelaskan. Namun dalam perjalanan, Nabi Musa tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia terus bertanya atas tindakan Khidir yang terlihat aneh. Seperti merusak perahu, membunuh anak kecil, dan memperbaiki tembok tanpa imbalan. Di akhir kisah, Khidir menjelaskan makna dari semua perbuatannya. Ini menunjukkan bahwa ilmunya berasal dari Tuhan, bukan dari logika manusia semata.
Salah satu misteri terbesar adalah soal keberadaan Nabi Khidir hingga kini. Banyak orang meyakini bahwa ia masih hidup dan tidak akan mati hingga kiamat. Kepercayaan ini muncul dari sejumlah riwayat dan kisah lisan dari generasi ke generasi. Beberapa ulama menguatkan pendapat ini dengan hadits-hadits tertentu, meski sanadnya lemah. Ada yang menyebut Nabi Khidir hadir di beberapa peristiwa besar umat Islam. Seperti membantu para wali, ulama besar, atau orang yang sedang kesulitan. Dalam cerita Sufi, ia sering muncul di saat genting memberi petunjuk dan solusi. Namun sebagian ulama lain menolak pandangan ini. Mereka menyebut tidak ada dalil kuat yang menyatakan Nabi Khidir masih hidup hingga sekarang.
“Simak juga: Huawei Mate XT Ultimate: Teknologi Premium dengan Luar Biasa”
Status Nabi Khidir sebagai nabi atau bukan juga menjadi perdebatan panjang. Sebagian ulama menyatakan ia adalah seorang nabi karena disebut menerima wahyu langsung dari Allah. Ini berdasarkan kisahnya dalam Al-Qur’an saat menjelaskan perbuatannya kepada Musa. Namun, ada pula yang menyebutnya sebagai wali Allah. Mereka menafsirkan bahwa ilmu yang dimiliki Khidir adalah ilmu laduni, bukan wahyu kenabian. Dalam tasawuf, Khidir dianggap sebagai simbol kesempurnaan ruhani dan ilmu hakikat. Ia dijadikan contoh bahwa ada ilmu yang tidak bisa diraih dengan akal semata. Pandangan ini memperkaya diskusi, tapi juga menambah kompleksitas dalam memahami siapa sebenarnya Khidir.
Meskipun dikenal luas dalam Islam, sosok Khidir juga muncul dalam tradisi lain. Dalam Yahudi, ia dikenal sebagai Eliyahu atau Elia yang naik ke langit dan tidak mati. Beberapa sejarawan menyebut kisah Khidir sebagai refleksi dari tokoh tersebut. Dalam tradisi Kristen Timur, ada juga kisah orang suci yang tidak mati dan terus hidup untuk memberi petunjuk. Bahkan dalam kepercayaan rakyat Asia Tengah dan India, dikenal tokoh bijak abadi yang mirip Khidir. Fenomena ini menunjukkan bahwa kepercayaan akan adanya manusia bijak yang hidup abadi adalah universal. Hal ini membuat sosok Khidir semakin sulit untuk dikategorikan hanya sebagai tokoh sejarah Islam.
Sejumlah tokoh besar dalam sejarah Islam mengaku pernah bertemu dengan Nabi Khidir. Di antaranya adalah Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, bahkan Imam Al-Ghazali. Mereka menyebutkan pertemuan itu terjadi di saat kritis atau dalam mimpi. Dalam banyak cerita, Khidir memberikan petunjuk yang menyelamatkan mereka dari kesesatan atau kebingungan. Di dunia tasawuf, pertemuan dengan Khidir dianggap sebagai anugerah luar biasa. Namun, sebagian besar ulama menolak menjadikan kisah seperti itu sebagai dalil. Mereka menganggap cerita pertemuan lebih bersifat pribadi dan tidak bisa dijadikan hukum. Meski demikian, cerita-cerita ini tetap populer dan menyebar luas di kalangan umat.
Dalam tafsir kontemporer, banyak cendekiawan mencoba memahami Khidir sebagai simbol. Mereka menafsirkan bahwa Khidir adalah personifikasi dari ilmu ilahi. Kehadirannya dalam kisah Musa dianggap sebagai pelajaran bahwa ilmu Tuhan jauh di atas logika manusia. Sebagian pakar menyebut Khidir bukan individu, tapi gambaran dari kondisi spiritual tertentu. Ini sejalan dengan pendekatan filosofis yang melihat kisah dalam Al-Qur’an tidak selalu literal. Pendekatan simbolik ini membuka ruang interpretasi yang lebih luas. Namun tetap menimbulkan kontroversi di kalangan pemikir klasik. Apakah Khidir benar-benar hidup? Atau hanya lambang kebijaksanaan ilahi? Pertanyaan itu tampaknya akan terus ada sepanjang zaman.
Khidir tak hanya hidup dalam teks-teks agama, tapi juga dalam seni dan budaya. Banyak lukisan miniatur Persia menggambarkan pertemuan Khidir dan Musa. Di Turki dan Asia Tengah, ada makam yang dipercaya sebagai tempat Khidir berdoa. Beberapa festival rakyat juga diadakan untuk mengenangnya. Dalam sastra Islam klasik, sosok Khidir sering muncul sebagai guru spiritual. Ia menjadi simbol bimbingan dalam perjalanan jiwa manusia. Bahkan di Indonesia, nama Khidir banyak digunakan untuk anak laki-laki sebagai harapan bijaksana. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh tokoh ini dalam kehidupan umat Islam. Baik sebagai sosok nyata, simbol, atau legenda.