Ruang Mistis – Unyeng-unyeng atau pitak merupakan fenomena yang cukup menarik perhatian masyarakat, terutama orang Jawa. Setiap manusia yang lahir biasanya memiliki tanda khas di kepala yang berupa putaran rambut ini. Dalam budaya Jawa, tanda ini kerap kali dihubungkan dengan berbagai mitos dan ramalan mengenai kepribadian atau nasib seseorang. Namun, apakah semua mitos itu benar adanya?
Unyeng-unyeng dalam bahasa Jawa berarti pusaran rambut di kepala. Ada yang meyakini bahwa tanda ini memiliki kaitan dengan pusat dari nyawa seseorang. Meskipun begitu, klaim ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Namun, mitos ini cukup populer di kalangan masyarakat.
Pitak atau unyeng bisa terletak di berbagai posisi di kepala, mulai dari ubun-ubun hingga bagian depan kepala. Beberapa orang percaya bahwa memiliki pitak di depan bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap sambaran petir, meskipun ini lebih banyak didasarkan pada cerita rakyat ketimbang bukti ilmiah.
Tidak jarang anak-anak lahir dengan dua unyeng di kepala mereka. Menurut kepercayaan Jawa, anak dengan dua pitak ini diyakini memiliki energi dua kali lipat dibandingkan anak dengan satu pitak. Mereka sering kali lebih aktif dan memiliki daya tahan fisik yang lebih kuat. Beberapa orang bahkan mengaitkan anak-anak dengan dua unyeng ini dengan sifat bandel atau nakal.
“Baca juga: Menghasilkan Uang Rp250.000 dari Aplikasi Cair Hitungan Menit”
Pada zaman dahulu, anak-anak yang memiliki dua pitak sering dianggap sebagai pemimpin atau “pembuat onar” di kelompoknya. Meskipun begitu, hal ini hanyalah pandangan masyarakat yang berkembang turun-temurun, dan tidak selalu mencerminkan kenyataan.
Banyak orang tua yang khawatir tentang kelakuan anak dengan dua unyeng yang dianggap bandel. Mereka takut jika sifat tersebut akan terus berlanjut hingga dewasa. Namun, kenyataannya adalah bahwa kepribadian anak bisa berkembang dan berubah seiring dengan pendidikan dan pengaruh lingkungan.
Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa sifat anak yang aktif dan bersemangat tidak selalu berhubungan dengan kenakalan. Dengan pendekatan yang tepat, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik tanpa terjebak dalam label yang menyesatkan.
Sebaliknya, anak yang memiliki satu unyeng sering kali dianggap lebih tenang dan kalem. Mitos ini mengaitkan pitak satu dengan sifat pendiam dan sabar. Namun, tidak semua anak yang memiliki pitak satu menunjukkan sifat-sifat tersebut.
Sebuah penelitian psikologi yang melibatkan 1000 responden menunjukkan bahwa anak dengan pitak satu pun tidak selalu memiliki kepribadian yang kalem. Beberapa di antaranya justru memiliki kenakalan atau perilaku aktif seperti anak dengan dua unyeng. Hal ini membuktikan bahwa tidak bisa hanya berdasarkan pitak seseorang dinilai.
“Simak juga: Labubu Jadikan Pemiliknya Orang Terkaya di China, Harta Rp.85 T”
Meskipun banyak mitos yang beredar mengenai unyeng, penting untuk diingat bahwa banyak cerita yang beredar adalah bagian dari tradisi lisan tanpa bukti ilmiah yang jelas. Kepribadian dan sifat seseorang lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pendidikan, dan pengalaman hidup.
Orang tua sebaiknya tidak terlalu mempercayai mitos-mitos yang belum terbukti kebenarannya. Alih-alih fokus pada tanda fisik seperti pitak, lebih baik fokus pada cara mendidik anak dengan kasih sayang dan pendidikan yang baik.
Kesimpulan
Mitos tentang unyeng-unyeng memang menarik untuk diperbincangkan, tetapi kita harus ingat bahwa tidak semua yang berkaitan dengan pitak ini dapat dibuktikan kebenarannya. Karakter dan kepribadian seseorang lebih dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menilai seseorang hanya berdasarkan pitaknya, apalagi jika itu hanya berdasar mitos atau cerita rakyat semata.