Camp Vietnam di Pulau Galang, Batam
Ruang Mistis – Pada 1979 hingga 1996, Pulau Galang di Batam menjadi lokasi pengungsian terdampak perang—terutama “boat people” dari Vietnam, Kamboja, dan Laos. Diperkirakan 250.000 pengungsi transisi tercatat di Galang Refugee Camp. Mereka bukan sekedar bertahan hidup; dalam kesunyian barak-barak kayu, hidup penuh penderitaan, ketidakpastian dan konflik kerap muncul.
Kondisi psikologis para pengungsi sempat memperuncing: banyak yang merasa frustasi dan bunuh diri karena tekanan mental. Cerita kelam juga berasal dari berbagai bentuk kekerasan, termasuk pemerkosaan dan pelecehan, yang terjadi di dalam kamp wartawan UN hadir dan mencatat keprihatinan atas kondisi tersebut.
Meski memiliki fasilitas seperti klinik, sekolah, rumah ibadah dan kuburan, nuansa pinggiran itu selalu mengingatkan para pengungsi akan nasib yang belum terjamin. Suasana yang “bersahaja” bertolak belakang dengan cerita mistis yang berkembang setelah kamp ditinggalkan. Kini, museum bekas kamp menjadi saksi bisu: terdapat patung “Manusia” yang dibangun untuk mengenang perempuan korban pemerkosaan dan bunuh diri. Di sekitar kamp, banyak pengunjung melaporkan fenomena aneh—seperti suara tangisan bayi, bayangan figur berjalan, atau getaran jembatan saat senja.
“Baca juga: Serge Atlaoui Bebas Bersyarat Setelah Hampir 20 Tahun di Indonesia“
Beberapa penjaga kamp eks-pengungsi mengaku melihat penampakan sosok wanita mengenakan pakaian tradisional Vietnam di tepi barak lama. Mereka menyebut sosok itu menangis lantainya basah, seperti bahan barak masih bergetar dini hari. Narasi lain menyebut, suasana di malam hari berubah mencekam setelah pukul 17.00, ketika suasana berubah sunyi dan lampu mati . Lingkungan sekitar kamp yang ditumbuhi tanaman liar memperkuat kesan suasana “terabaikan namun hidup.”
Patung “Manusia” di kamp kini menjadi ikon peringatan tragis—diceritakan merupakan almarhum korban terisolasi. Patung tersebut dilaporkan memancarkan aura kesedihan dalam diam. Sementara replika kapal yang digunakan pengungsi boat people menyimpan mitos: ada yang percaya kapal itu menampung roh-roh mereka yang gagal selamat, dan suara ombak atau derit kapal kadang terdengar jika angin laut bertiup.
Banyak pengunjung yang datang hanya pada siang hari—camp ditutup pukul 17.00 karena sensasi horor semakin nyata di malam hari . Mereka mengatakan barak kosong seolah hidup dan melancarkan tamparan udara dingin bahkan tanpa angin. Cerita lainnya seperti pintu berderit sendiri, jejak suara langkah kaki berat di koridor bekas barak, hingga lampu senter kadang mati tanpa sebab saat pengunjung mendokumentasikan lokasi.
Meskipun begitu, lokasi ini tetap menarik bagi wisata sejarah dan misteri. Galang Refugee Camp kini menjadi bagian dari tur heritage Batam—jalan Barelang di antaranya. Pengunjung mendapatkan catatan sejarah dan pengalaman seram, apalagi saat menuju puing-puing tempat ibadah dan kuburan pengungsi.
Galang Refugee Camp bukan sekadar tempat memorial kemanusiaan. Situasi mistis yang berkembang setelah penutupan kamp mengundang aura horor. Cerita penampakan, suara-suara misterius, dan getaran tak wajar semakin memperkaya kisah kelamnya. Pengalaman kunjungan ke Galang tidak lengkap jika Anda tak menyatu dengan atmosfer masa lalu—dengan sejarah humanis dan trauma kemanusiaan yang tetap menggema dalam tiap sudutnya.