Ruang Mistis – Misteri Merak Raja berawal di sebuah rumah tua peninggalan kolonial, tempat berdirinya sebuah keranjang rotan besar yang tampak biasa. Keranjang itu terletak di sudut ruang bawah tanah yang jarang dibuka. Banyak yang mengira keranjang tersebut hanya tempat penyimpanan barang lama. Namun suatu malam, suara aneh terdengar dari balik anyaman rotan itu.
Pemilik rumah, seorang pria tua bernama Pak Karno, mengaku sering mendengar langkah kaki. Langkah itu muncul saat tengah malam. Ia semula mengira itu hanyalah suara tikus besar. Namun suatu malam, suara keras seperti desiran bulu terdengar jelas. Ia pun memutuskan membuka keranjang tersebut. Namun tak menemukan apa-apa. Hanya debu dan serpihan kain tua. Anehnya, bekas cakaran kecil tampak di sisi dalam keranjang.
“Baca Juga : Farel Tarek Kupas Mitos Keraton Gaib Gunung Merapi di YouTube”
Di dalam keranjang, Pak Karno menemukan sebuah lukisan tua. Lukisan itu menggambarkan seekor merak berwarna emas. Matanya tajam, dan bulunya seolah menyala. Ia meletakkan lukisan itu di ruang tamu. Sejak hari itu, berbagai kejadian ganjil terjadi. Barang-barang bergerak sendiri. Lampu berkedip saat malam hari. Bahkan kucing peliharaannya tak mau masuk rumah lagi.
Beberapa warga yang pernah tinggal di rumah itu bercerita. Dulu, rumah tersebut milik seorang pelukis keturunan Belanda. Ia terkenal eksentrik dan tertutup. Konon, ia memelihara seekor burung merak yang sangat jinak. Burung itu bernama Raja. Namun setelah pelukis itu meninggal, burung tersebut menghilang. Tidak ada yang tahu ke mana perginya. Lukisan-lukisannya pun menghilang begitu saja. Diduga dikubur bersama barang-barang miliknya.
“Simak juga: PPN 12% Barang Mewah Dapat Dukungan dari Wakil DPR”
Aroma khas mulai tercium dari keranjang tua itu setiap malam Jumat. Wanginya seperti bunga melati dan kayu cendana. Tapi juga mengandung bau amis yang samar. Banyak yang mengaitkannya dengan kehadiran roh. Apalagi setiap kali aroma itu muncul, bulu kuduk penghuni rumah berdiri. Bahkan lampu-lampu tiba-tiba mati, lalu menyala kembali tanpa sebab. Sejumlah orang yang bermalam di rumah itu mengaku mengalami mimpi aneh.
Dalam mimpinya, mereka melihat seekor merak besar bertengger di atas keranjang. Burung itu tidak bergerak, hanya menatap tajam. Terkadang bulunya tampak bersinar emas di dalam mimpi. Pagi harinya, mereka merasa sangat lelah meski tidur semalaman. Ada juga yang mengaku mendengar nama “Raja” dipanggil lirih dari pojok ruang bawah tanah. Beberapa orang percaya, roh dari burung itu masih bersemayam di rumah tersebut.
Seorang sejarawan bernama Bu Ratna datang menyelidiki. Ia menemukan catatan tua milik pelukis tersebut. Dalam catatan itu tertulis sebuah kalimat, “Jiwaku tak akan pergi sebelum Raja bebas.” Bu Ratna meyakini bahwa ada kaitan erat antara lukisan merak dan arwah sang pelukis. Ia bahkan meminta agar lukisan itu dikembalikan ke keranjang. Namun setelah dilakukan, kejadian ganjil justru semakin sering terjadi.
Pak Karno lalu memanggil seorang paranormal untuk menyelidiki. Menurutnya, energi dalam rumah itu sangat kuat. Terutama di sekitar keranjang tua. Ia menyarankan agar keranjang tidak dibakar atau dipindahkan. Sebaliknya, ia meminta agar keranjang dirawat seperti tempat suci. Paranormal itu juga mengatakan bahwa Raja bukan sembarang burung. Ia diyakini sebagai “penjaga” antara dua dunia. Dan keranjang itu adalah gerbangnya.
Hingga kini, keranjang itu masih berada di sudut ruang bawah tanah. Tidak ada yang berani memindahkannya. Meski rumah itu kini telah menjadi bangunan cagar budaya, tidak ada satu pun pemandu wisata yang mau turun ke bawah. Mereka hanya menunjuk ke arah tangga dengan ekspresi ngeri. Dan jika malam tiba, keranjang itu tetap sunyi. Namun aura kehadiran Merak Raja tetap terasa bagi siapa saja yang cukup berani mendekat.