Ruang Mistis – Teori konspirasi Big Pharma telah lama menjadi topik perdebatan di berbagai kalangan. Teori ini berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan farmasi besar dengan sengaja menyembunyikan penyembuhan penyakit tertentu. Tujuannya adalah menjaga penjualan obat-obatan yang menghasilkan keuntungan besar. Fokus utamanya adalah pada penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan HIV, di mana industri farmasi diduga lebih memilih mengembangkan pengobatan yang mengelola gejala daripada menyembuhkan penyakit.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang teori ini, melihat bukti yang mendukung dan menentangnya, serta menganalisis bagaimana Big Pharma bekerja di bawah regulasi ketat yang mengawasi produksi dan distribusi obat-obatan.
“Baca juga : 9 Menteri Ekonomi Jokowi yang Dipanggil Prabowo Subianto.”
Teori konspirasi ini beranggapan bahwa Big Pharma sengaja menahan atau menyembunyikan penyembuhan definitif untuk penyakit kronis demi keuntungan finansial jangka panjang. Pendukung teori ini percaya bahwa penyembuhan permanen untuk penyakit besar akan menurunkan penjualan obat-obatan, yang saat ini berfokus pada pengelolaan gejala.
Argumen dasar konspirasi ini adalah bahwa industri farmasi lebih diuntungkan jika pasien terus membeli obat dalam jangka panjang. Teori ini menuduh perusahaan farmasi memilih untuk tidak mengembangkan penyembuhan yang tuntas. Obat-obatan yang hanya mengelola penyakit dianggap lebih menguntungkan karena pasien memerlukan perawatan seumur hidup.
Konspirasi ini mulai mendapat perhatian luas pada akhir abad ke-20. Pada saat itu, industri farmasi semakin terlihat mendominasi pasar kesehatan global, dengan keuntungan besar dari penjualan obat-obatan untuk penyakit kronis. Kecurigaan terhadap kekuatan dan pengaruh politik perusahaan-perusahaan farmasi besar turut memicu berkembangnya teori konspirasi ini.
Ada beberapa argumen yang sering diajukan oleh pendukung teori konspirasi ini. Meski bukti-bukti langsung belum ada, beberapa pola dalam industri farmasi dianggap mendukung klaim bahwa keuntungan menjadi prioritas utama dibandingkan kesehatan masyarakat.
Obat-obatan yang dibuat untuk penyakit serius atau langka sering kali dijual dengan harga sangat tinggi. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa industri farmasi lebih mengutamakan profit daripada memberikan akses kesehatan yang terjangkau bagi semua kalangan.
Beberapa penyakit, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, memerlukan pengobatan seumur hidup. Pendukung teori konspirasi percaya bahwa perusahaan farmasi lebih memilih mengembangkan pengobatan yang hanya mengontrol gejala, tanpa memberikan penyembuhan penuh, sehingga pasien terus membeli obat-obatan tersebut sepanjang hidup mereka.
Beberapa obat yang awalnya disetujui kemudian ditarik dari pasar karena efek samping atau kurangnya efektivitas. Hal ini digunakan sebagai bukti bahwa beberapa produk farmasi disetujui lebih cepat daripada yang seharusnya, untuk memaksimalkan keuntungan meskipun potensi risikonya bagi pasien tinggi.
Di sisi lain, ada banyak argumen yang menolak teori konspirasi ini. Argumen tersebut didasarkan pada regulasi ketat yang diterapkan di sektor farmasi, serta fakta bahwa beberapa penyakit besar telah mengalami perkembangan signifikan dalam pengobatannya.
Industri farmasi diatur oleh lembaga kesehatan nasional dan internasional, seperti FDA di Amerika Serikat dan EMA di Eropa. Semua obat yang beredar harus melalui proses uji klinis yang ketat dan dipantau secara terus-menerus untuk menjamin keamanannya bagi masyarakat. Regulasi ini membuat teori bahwa perusahaan farmasi menyembunyikan penyembuhan penyakit menjadi sulit dibuktikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kemajuan besar dalam pengobatan penyakit yang sebelumnya sulit disembuhkan. Misalnya, beberapa jenis kanker kini dapat diobati dengan terapi target atau imunoterapi. Selain itu, pengobatan untuk penyakit seperti hepatitis C telah mencapai tingkat penyembuhan hampir 100%. Ini menjadi bukti bahwa industri farmasi tetap berupaya mengembangkan solusi kesehatan yang lebih baik dan bukan hanya mengejar keuntungan.
Pengembangan obat, terutama untuk penyakit serius, adalah proses yang sangat panjang dan rumit. Memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, untuk menemukan, menguji, dan mengembangkan obat yang efektif. Setiap tahapan, mulai dari riset laboratorium hingga uji klinis fase III, membutuhkan biaya besar dan regulasi ketat. Ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi perusahaan farmasi untuk hanya “menyembunyikan” penyembuhan.
Kritikus industri farmasi sering mempertanyakan apakah keuntungan finansial jangka panjang lebih diutamakan dibandingkan kesehatan masyarakat. Namun, struktur bisnis perusahaan farmasi sendiri tidak sepenuhnya mendukung asumsi tersebut.
Ketika perusahaan farmasi menemukan obat baru, mereka diberikan hak paten eksklusif selama 20 tahun. Setelah paten berakhir, obat generik dapat diproduksi dengan harga lebih murah, yang menurunkan keuntungan perusahaan asli. Karena itu, penemuan penyembuhan sebenarnya dapat memberikan keuntungan besar selama hak paten berlaku, yang bertentangan dengan klaim bahwa penyembuhan penyakit akan merugikan.
Industri farmasi bersaing dalam inovasi. Setiap kali obat baru ditemukan, itu memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk memasarkan produk eksklusif mereka selama masa paten. Penyembuhan untuk penyakit besar akan meningkatkan reputasi perusahaan, sekaligus memberi insentif finansial yang besar selama hak paten berlangsung.