Ruang Mistis – Cerita horor dari buku Kumpulan Kisah Alam Gaib karya Tri Wahyono kembali mengungkap kejadian misterius yang terjadi di sebuah desa. Sekitar tiga tahun yang lalu, desa kecil ini dilanda peristiwa tak biasa. Warga desa mulai panik karena banyak dari mereka kehilangan uang secara misterius. Tidak hanya satu atau dua orang, namun hampir seluruh warga mengalami hal serupa. Uang yang hilang berkisar dari pecahan kecil hingga ratusan ribu rupiah. Kejadian ini bukan disebabkan oleh pencurian biasa, melainkan dipercaya sebagai ulah tuyul — makhluk gaib yang dikenal mencuri uang untuk majikannya. Fenomena ini memicu ketakutan dan kecurigaan di tengah masyarakat desa yang awalnya hidup damai.
“Baca juga: Ibu Candu Narkoba, Anjing Jadi ‘Pengasuh’ Bocah 8 Tahun“
Dalam waktu singkat, rumor tentang tuyul menyebar luas di kalangan warga. Banyak yang merasa kehilangan secara gaib, termasuk Mbok Pawiro, seorang penjual tempe di pasar. Ia mengaku uang hasil jualannya sebesar tujuh belas ribu rupiah raib begitu saja. Meskipun jumlahnya tampak kecil bagi sebagian orang, namun bagi Mbok Pawiro, uang itu sangat berarti. Ia pun yakin, hilangnya uang tersebut bukan karena keteledorannya, melainkan akibat ulah makhluk halus. Seiring berjalannya waktu, dua nama mulai disebut-sebut oleh warga sebagai pemilik tuyul, yaitu Pak Jonponi dan Bu Saiji. Kecurigaan ini muncul karena perubahan gaya hidup keduanya yang sangat mencolok setelah kunjungan mereka ke makam keramat Pangeran Samudra.
Setelah peristiwa di makam Pangeran Samudra, kehidupan ekonomi Pak Jonponi dan Bu Saiji melonjak drastis. Mereka yang sebelumnya hidup biasa saja, tiba-tiba menjadi kaya. Mereka memiliki banyak sawah dan disebut-sebut menyimpan uang dalam brankas besar di rumah. Lebih mencurigakan lagi, setiap malam selepas maghrib, mereka selalu menaruh bunga kantil di atas brankas tersebut. Tindakan ini dipercaya sebagai bentuk persembahan kepada tuyul peliharaan mereka. Warga semakin yakin bahwa kekayaan mereka bukan hasil kerja keras semata, tetapi karena bantuan makhluk halus. Kecurigaan ini memperkuat keyakinan bahwa wabah kehilangan uang yang melanda desa berasal dari praktik pesugihan.
Melihat keresahan masyarakat yang semakin memuncak, kepala desa akhirnya turun tangan. Dikenal sebagai sosok yang alim dan pernah mondok di Pondok Pesantren Watu Congol, Magelang, beliau memiliki kekuatan spiritual yang disegani. Diam-diam, beliau melakukan pengamatan dan akhirnya berhasil menangkap tuyul yang diduga menjadi biang keladi masalah. Setelah itu, kepala desa memberikan ultimatum. Ia menyatakan bahwa tuyul tersebut harus diambil dalam tiga hari, jika tidak akan dibuang ke Laut Selatan. Ultimatum tersebut menunjukkan ketegasan dan keberanian kepala desa dalam menghadapi gangguan makhluk halus yang telah membuat desa tidak tenang.
Setelah lima hari berlalu dan tidak ada tanda-tanda Pak Jonponi datang mengambil tuyulnya, kepala desa menepati janjinya. Ia membuang tuyul tersebut ke Laut Selatan. Anehnya, sejak tuyul itu dibuang, tidak ada lagi laporan uang hilang secara gaib dari warga. Hal ini memperkuat dugaan bahwa tuyul tersebut memang benar milik Pak Jonponi. Warga mulai merasa tenang kembali dan kehidupan perlahan berjalan normal. Tak lama setelah itu, Bu Saiji yang merasa takut mendengar berita penangkapan tuyul juga mengambil langkah sendiri. Tanpa diminta, ia mengakui perbuatannya dan membuang tuyulnya ke tempat yang sama, Laut Selatan.
Keberhasilan kepala desa dalam menangani kasus tuyul ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan spiritual bukanlah tanpa alasan. Sebagai sosok yang memiliki ilmu agama dan spiritualitas tinggi, ia berhasil melindungi warganya dari ancaman gaib. Keberanian dan kebijaksanaan kepala desa menjadi bukti bahwa tidak semua permasalahan harus diselesaikan secara rasional semata. Dalam kasus ini, pendekatan spiritual ternyata efektif untuk mengatasi gangguan makhluk halus. Cerita ini, meskipun terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang, benar-benar diyakini terjadi oleh masyarakat desa. Sampai sekarang, kisah tentang wabah tuyul usil itu masih sering dibicarakan oleh warga sebagai peringatan agar tidak tergoda pada kekayaan instan.