Ruang Mistis – Legenda Jiangshi berasal dari cerita rakyat Tiongkok kuno, khususnya pada era Dinasti Qing. Dalam bahasa Mandarin, “Jiangshi” berarti “mayat kaku.” Namun, makna sebenarnya jauh lebih dalam. Jiangshi bukan sekadar hantu atau zombi biasa. Ia digambarkan sebagai mayat yang kembali hidup dan bergerak dengan lompatan kaku karena tubuhnya telah membeku akibat kematian. Dalam banyak cerita, Jiangshi adalah orang yang meninggal jauh dari rumahnya, dan tubuhnya ‘dihidupkan’ kembali agar bisa pulang – namun malah menjadi makhluk yang menghisap chi (energi kehidupan).
Ciri khas Jiangshi adalah penampilannya yang menyeramkan dan sangat mudah dikenali. Ia mengenakan pakaian resmi dari zaman Dinasti Qing, lengkap dengan topi bulu dan jubah panjang. Kulitnya pucat atau kehijauan, kuku panjang, dan matanya sering digambarkan memerah. Tapi yang paling unik tentu saja gaya bergeraknya: melompat lurus dengan tangan terentang ke depan. Alasan Jiangshi melompat ini diduga karena otot-ototnya kaku akibat rigor mortis – kondisi nyata pada jenazah.
“Baca Juga : Imam Bonjol, Jihad dan Persatuan di Padang“
Tradisi rakyat Cina percaya bahwa mayat yang tidak dikubur dengan benar atau mati dalam keadaan tidak wajar bisa berubah menjadi Jiangshi. Sering kali, dukun atau praktisi Tao digambarkan membawa Jiangshi pulang ke desa dengan mantra dan lonceng. Namun, jika mantra itu gagal, Jiangshi akan lepas kendali. Dari sisi ilmiah, kisah ini bisa jadi bentuk alegori atau peringatan masyarakat tentang pentingnya proses pemakaman yang benar dan menghormati kematian.
Sejak tahun 1980-an, Jiangshi menjadi populer berkat film horor-komedi seperti Mr. Vampire yang meledak di Hong Kong. Karakter Jiangshi digambarkan lucu tapi tetap menyeramkan. Fenomena ini lalu menyebar ke manga, anime, bahkan video game seperti Darkstalkers dan Overwatch yang menampilkan karakter terinspirasi dari Jiangshi. Transformasi ini menarik karena mengangkat makhluk tradisional ke dunia modern tanpa kehilangan unsur mitosnya.
“Baca Juga : Nabi Sulaiman AS, Kebijaksanaan dan Tongkat Pengendali Jin“
Dalam kepercayaan Tao, Jiangshi bisa ditaklukkan dengan beberapa benda: cermin, lonceng, simbol Tao, bahkan nasi ketan. Cermin dipercaya memantulkan jiwa Jiangshi, sementara nasi ketan dianggap menyerap energi negatif. Menariknya, benda-benda ini punya nilai simbolik – menunjukkan bahwa energi spiritual dan keseimbangan yin-yang sangat penting dalam kepercayaan Cina kuno. Ini menunjukkan betapa eratnya kisah Jiangshi dengan filosofi spiritual masyarakat.
Menurut saya, Jiangshi bukan hanya karakter menyeramkan dari legenda. Ia mencerminkan kekhawatiran manusia terhadap kematian, kehormatan dalam pemakaman, dan kekuatan tradisi. Dalam dunia modern, Jiangshi menjadi contoh bagaimana mitos tetap hidup dan terus diadaptasi. Kita bisa belajar dari cerita-cerita ini, bukan sekadar takut, tapi menghargai kearifan lokal dan warisan budaya yang membentuk identitas suatu bangsa.