Ruang Mistis – Di balik suara bising mesin giling dan aroma khas tetesan nira, tersimpan kisah yang menegangkan. Pabrik gula, peninggalan kolonial yang kini mulai usang, ternyata tidak hanya menyimpan sejarah industri. Ia juga menjadi tempat lahirnya cerita mistis yang menghantui banyak pekerja.
Tradisi manten tebu dilakukan sebagai awal musim giling. Dua batang tebu dipilih dan dinikahkan secara simbolis. Prosesi ini dilengkapi sesajen, arak-arakan, dan doa adat Jawa. Tujuannya adalah memohon kelancaran produksi dan hasil panen berlimpah. Namun, ada keyakinan bahwa ritual ini juga menjaga keseimbangan antara alam nyata dan gaib. Jika dilakukan asal-asalan, dipercaya akan memicu amarah dari makhluk tak kasat mata. Akibatnya bisa berupa mesin yang rusak tiba-tiba, kecelakaan kerja, hingga suara tangis dari tumpukan tebu saat malam tiba.
“Baca juga: Remaja Viral di Bogor Ternyata Korban Tawuran, Bukan Penyerangan Gangster“
Sebuah kisah terkenal datang dari Pabrik Gula Gondang Baru, Klaten. Setelah ritual manten dilakukan tergesa-gesa karena hujan, kejadian aneh mulai terjadi. Suara tangisan wanita terdengar dari ruang giling utama. Aroma melati menyelimuti ruangan, meski tak ada sesajen di sana.
Mesin giling tiba-tiba berhenti bekerja. Seorang mekanik yang hendak memeriksa malah kesurupan. Ia berteriak keras, “Mantenku tidak diterima!”—kata-kata yang membuat semua yang mendengar merinding seketika.
Di Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta, kisah lain mengemuka. Boneka manten yang biasanya disimpan di altar, suatu malam ditemukan berpindah posisi. Padahal tidak ada satu pun orang yang masuk ruangan.
Rekaman CCTV memperlihatkan bayangan hitam melintas di dekat boneka. Para pekerja percaya, boneka ini adalah tempat bersemayam sementara bagi penjaga gaib pabrik. Jika diganggu, ia bisa memicu berbagai kejadian janggal, seperti mesin menyala sendiri hingga bau gosong tanpa sebab.
Meski zaman berubah dan teknologi makin canggih, kepercayaan akan makhluk tak kasat mata masih hidup. Para pekerja lama percaya bahwa manten tebu adalah bentuk perjanjian diam-diam antara manusia dan alam gaib.
Pabrik gula bukan sekadar tempat produksi. Ia juga menjadi batas antara dua dunia. Mungkin, di balik asap cerobong dan dentingan logam, ada mata lain yang sedang mengawasi.