Misteri

Melampaui Alam Bawah Sadar: Rahasia di Balik Lucid Dream

Ruang Mistis – Rahasia di balik lucid dream membuka jalan bagi manusia untuk menjelajahi dunia mimpi dengan kesadaran penuh. Mimpi sering kali dianggap sebagai cerminan alam bawah sadar, tempat emosi, keinginan, atau pengalaman yang tersembunyi muncul ke permukaan. Namun, apakah mungkin kita dapat mengontrol mimpi kita sendiri? Melalui fenomena lucid dream, hal ini menjadi mungkin.

Apa Itu Lucid Dream?

Lucid dream adalah kondisi di mana seseorang sadar bahwa dirinya sedang bermimpi. Dalam keadaan ini, seseorang tidak hanya menyadari bahwa ia sedang berada di alam mimpi, tetapi juga mampu mengendalikan jalannya mimpi tersebut. Tidak seperti mimpi biasa, lucid dream memberikan kesempatan untuk merancang skenario, berinteraksi dengan objek atau orang. Bahkan juga memanipulasi hukum alam, seperti terbang atau mengubah lokasi.

Menurut penelitian David T. Saunder dan rekan-rekannya yang dipublikasikan dalam jurnal Consciousness and Cognition, sekitar 55 persen orang pernah mengalami lucid dream setidaknya sekali seumur hidup. Sebagian kecil dari mereka bahkan mengalaminya secara rutin, baik bulanan maupun lebih sering.

“Baca juga: Menelusuri Gaya Hidup Liar: Kenapa Beberapa Orang Lebih Bahagia Tinggal di Alam”

Fase REM dan Hubungannya dengan Lucid Dream

Mimpi, termasuk lucid dream, terjadi pada fase tidur yang dikenal sebagai rapid eye movement (REM). Fase ini adalah periode tidur di mana aktivitas otak mencapai puncaknya, mirip dengan keadaan saat terjaga. Biasanya, fase tidur REM terjadi setelah 90 menit pertama tidur.

Penelitian yang dilakukan oleh Stephen P. Laberge, seorang pionir dalam studi lucid dream, menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami lucid dream dapat memberikan sinyal sadar melalui gerakan mata yang terkontrol selama fase REM. Laberge menggunakan teknologi elektrookulografi untuk membuktikan bahwa individu tersebut mampu berkomunikasi secara sadar meski berada di alam mimpi.

Dalam bukunya Lucid Dreaming: A Concise Guide to Awakening in Your Dreams and in Your Life, Laberge menjelaskan bahwa pada fase ini, aktivitas otak pada area visual dan emosional sangat aktif. Sementara bagian otak yang terkait logika dan memori kerja menjadi kurang aktif. Namun, saat lucid dream terjadi, korteks prefrontal lateral—bagian otak yang bertanggung jawab atas logika dan pengambilan keputusan—aktif kembali, memungkinkan seseorang untuk “menyutradarai” mimpi mereka.

“Simak juga: Benarkah Manusia Berasal dari Ikan? Menelusuri Jejak Evolusi Kita”

Memicu dan Mengontrol Lucid Dream

Lucid dream biasanya terjadi secara spontan, tetapi ada cara untuk memicunya. Salah satu teknik yang umum digunakan adalah reality check, seperti memeriksa jam, mencubit lengan, atau mencoba menyalakan lampu di dalam mimpi. Jika hal-hal tersebut terasa tidak sesuai dengan logika dunia nyata, maka itu adalah tanda bahwa Anda sedang bermimpi.

Ketika seseorang menyadari dirinya bermimpi, kontrol penuh atas mimpi bisa dimulai. Banyak yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi fantasi menghadapi ketakutan, atau hanya menikmati kebebasan tanpa batas yang tidak mungkin dilakukan di dunia nyata.

Manfaat Lucid Dream

Lucid dream tidak hanya menjadi pengalaman yang menarik, tetapi juga memiliki manfaat psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa lucid dream dapat membantu seseorang mengatasi fobia atau trauma dengan menciptakan situasi yang aman untuk menghadapi ketakutan mereka. Selain itu, mimpi sadar ini juga bisa digunakan untuk mengasah keterampilan atau memecahkan masalah melalui simulasi di alam bawah sadar.

Matthew P. Walker, seorang ahli neuroimaging dari Universitas California, berpendapat bahwa lucid dream adalah bukti kemampuan otak manusia yang luar biasa. Ia menjelaskan bahwa mimpi-mimpi ini bersifat halusinogen dan memiliki narasi kuat, seperti film interaktif yang sepenuhnya berada dalam kendali pemimpi.

Lucid dream menjadi jendela ke dalam kompleksitas pikiran manusia, membuka kemungkinan baru dalam memahami alam bawah sadar. Fenomena ini tidak hanya membuktikan bahwa mimpi adalah lebih dari sekadar bayangan tidur, tetapi juga alat yang dapat digunakan untuk menggali potensi dan meraih manfaat nyata.