Konspirasi

Sepatu Reebok Terbaru Terinspirasi Tapak Kaki Setan?

Ruang Mistis – Kontroversi seputar sepatu Reebok terbaru yang diduga terinspirasi dari tapak kaki setan. Benarkah demikian? Sepatu Reebok terbaru, Classic Leather Tabi Décortique Low, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kelompok teori konspirasi menuduh desain sepatu ini terinspirasi dari kaki kambing Baphomet, simbol yang sering dikaitkan dengan satanisme.

Tuduhan ini bermula dari unggahan Facebook oleh Prophecy News, yang menyebut bahwa desain bifurkasi di ujung sepatu menyerupai kuku terbelah milik Baphomet. Unggahan tersebut viral dengan lebih dari 15 ribu reaksi.

Baca juga: Google Mulai Sadar ‘Ditinggalkan’ Gen Z

Desain Kontroversial Sepatu Reebok dengan Sentuhan Tradisional

Sepatu ini dirilis pada Januari 2022 melalui kolaborasi Reebok dengan Maison Margiela, merek mewah asal Prancis. Desain bifurkasi tersebut sebenarnya terinspirasi dari tabi, kaus kaki tradisional Jepang yang telah ada sejak abad ke-15.

Menurut Reebok, desain ini merupakan bagian dari dekonstruksi struktur sepatu. Mereka menyebutnya sebagai “revolusi proporsi artistik dan evolusioner” dalam dunia alas kaki. Namun, klaim ini tidak menghentikan teori konspirasi yang menyebutnya sebagai produk satanisme.

Kritik dari Pengguna Media Sosial atas Sepatu Reebok

Teori yang diajukan Prophecy News menuai banyak komentar, baik dukungan maupun kritik. Sebagian pengguna media sosial mengecam desain sepatu tersebut dengan alasan religius.

Namun, banyak juga yang membantah tuduhan itu dan menyebut teori ini sebagai kesalahpahaman. Seorang komentator bahkan menulis, “Ini hanyalah desain yang diadaptasi dari budaya Jepang. Tidak ada hubungannya dengan satanisme.”

Yang lainnya menambahkan, “Jika Anda benar-benar percaya ini adalah tanda setan, mungkin Anda perlu mempelajari sejarah tabi lebih dalam.”

Perbandingan dengan Kasus Sepatu Nike “Satan Shoes”

Kontroversi sepatu Reebok ini mengingatkan pada kasus “Satan Shoes” yang dirilis MSCHF pada Maret 2021. Sepatu tersebut menampilkan simbol satanisme, seperti pentagram, dan diklaim mengandung darah manusia.

Nike akhirnya menggugat MSCHF karena sepatu ini menimbulkan kesalahpahaman publik. Setelah memenangkan gugatan, Nike berhasil menarik 666 pasang sepatu tersebut dari peredaran.

Simak juga: Daging Merah Bahaya Jika Sering di Konsumsi

Reaksi Reebok terhadap Tuduhan

Hingga kini, Reebok belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini. Namun, desain sepatu yang kontroversial ini tampaknya menjadi bagian dari strategi mereka untuk menarik perhatian pasar.

Kolaborasi dengan Maison Margiela adalah langkah Reebok untuk menghadirkan inovasi artistik yang berbeda dari produk sepatu biasa.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Kontroversi Ini?

Kontroversi desain sepatu menunjukkan bagaimana interpretasi budaya dapat memicu perdebatan yang luas. Beberapa hal yang bisa diambil dari kasus ini meliputi:

  1. Pentingnya Pemahaman Budaya – Desain bifurkasi Reebok sebenarnya terinspirasi dari tabi, bagian dari tradisi Jepang yang kaya sejarah.
  2. Pengaruh Media Sosial – Unggahan viral dapat dengan cepat membentuk opini publik, baik positif maupun negatif.
  3. Peran Brand dalam Komunikasi – Reebok perlu lebih proaktif dalam menjelaskan konsep desain mereka untuk menghindari kesalahpahaman.

Kesimpulan

Kontroversi sepatu Reebok ini menunjukkan bahwa interpretasi desain bisa menjadi isu sensitif. Terlepas dari tuduhan yang ada, penting bagi masyarakat untuk memahami konteks sejarah dan budaya di balik sebuah produk.

Bagi Reebok, ini mungkin menjadi peluang untuk memperkenalkan inovasi mereka ke khalayak yang lebih luas, sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya yang mereka angkat dalam desain.